Pertolongan Allah
Pendekatan spiritual seringkali menjadi tempat "pelarian" utama, ketika seseorang sedang mengalami kesulitan hidup. Biasanya, sesegera mungkin ia akan mendekat dan memohon pertolongan kepada Allah. Sebab, Dia-lah yang mengatur urusan langit dan bumi, termasuk hidup manusia yang fana ini. Jiwa seorang mukmin, dalam kondisi seperti ini maka akan menguat kesadaran bahwasanya pertolongan-Nya adalah sangat dekat (QS. al-Baqarah [2]:214). Di saat bersamaan, semakin menebal pula sikap raja' akan hadirnya solusi karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. al-Syarh [94]:5).
Oleh karenanya, tidak sepatutnya diri setiap mukmin terbelenggu oleh sikap mengeluh dan putus harapan. Apalagi berprasangka buruk terhadap ketetapan Allah. Karena ke-Maha Kuasaan Allah dapat melakukan dan mewujudkan sesuatu yang dipandang mustahil dan melampaui jauh dari nalar manusia. Manakala pertolongan Allah itu sudah turun, tidak seorang pun yang mampu menahan dan mencegahnya.
Pertolongan Allah itu sungguh dahsyat. Kehebatan pertolongan Allah terabadikan dalam sejumlah ayat Al qur an. Beberapa diantaranya adalah saat pasukan gajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan bangunan Ka'bah. Betapa kuatnya pasukan musuh itu sehingga pemimpin dan penduduk Arab tidak berdaya untuk mempertahankan bangunan sucinya dari serangan tersebut. Namun, situasi getir yang dirasakan bangsa Arab pada waktu itu mendadak berubah saat pertolongan Allah tiba. Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa maka dikirimnya kawanan burung yang kemudian melempari gerombolan bergajah itu dengan batu-batu kecil yang panas membara. Dalam sekejap, bala tentara Abrahah itu kocar-kacir dan binasa. Kebinasaan mereka diumpamakan seperti daun-daun yang dimakan ulat (QS. al-Fiil [105]: 1-5).
Akhirnya, Baitullah (rumah Allah) yang dibangun oleh baginda Nabi Ibrahim dan Ismail pun aman dan selamat. Hingga kini rumah ibadah itu masih utuh, bahkan setiap saat dikunjungi jutaan manusia dari penjuru dunia, tidak hanya di setiap musim ibadah haji.
Dalam ayat yang lain juga dikisahkan, ketika pertolongan yang menakjubkan itu turun kepada orang-orang atau segolongan umat yang diridhai-Nya. Misalnya, vonis hukuman mati dengan cara dibakar yang dijatuhkan ke pada Nabi Ibrahim AS oleh Raja Namrudz. Namun, dengan pertolongan-Nya, api yang akan membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin (QS. al-Anbiya [21]: 69).
Kisah penting dan berharga tersebut mengisyaratkan spirit, pesan dan pelajaran berharga bahwa persoalan hidup yang dialami kaum terdahulu begitu berat dan sulit. Di sisi lain, kisah tersebut juga menunjukkan betapa besarnya pertolongan Allah.
Kemudahan Dalam Kesulitan
Dalam kontek ke Indonesiaan, berbagai macam permasalahan masih terus saja melanda. Mulai dari bencana alam, wabah penyakit, kebodohan, kerusakan akhlak, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, narkoba, pejabat korup, ketidakadilan, krisis ekonomi, krisis kepemimpinan, hingga konflik horizontal. Kompleksnya permasalahan tersebut menjadi ujian, cobaan, dan teguran kolektif bagi seluruh anak Ibu Pertiwi. Namun demikian, pertolongan Allah sebenarnya amatlah dekat, hanya terkadang tidak cepat terbaca oleh manusia.
Sebagai contoh kasus, pandemi Covid 19 yang sampai saat ini belum juga usai di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri kasus ini sangat menguras energi, dari tenaga, pikiran, bahkan harta benda. Semua daya dan kemampuan yang dimiliki dikerahkan guna mempertahankan jiwa dan raga dari penularan Covid 19. Sebenarnya Allah melalui kisah Nabi Muhammad SAW dan para ilmuwan telah memberikan pertolongan dalam memutus rantai penyebaran Covid 19.
Sebagaimana sering disampaikan oleh para Kyai, ustadz/ah melalui dakwahnya, bahwa pada zaman Nabi Muhammad juga pernah terjadi wabah pandemi. Social / psycal distancing, dan budaya hidup bersih sebagai jalan keluar yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dalam memutus rantai penyebaran wabah pandemi Thaun. Sejalan dengan ini, hasil penelitian para ilmuwan ternyata cukup mencengangkan. Bagaimana tidak, virus Corona yang mematikan itu ternyata tidak kebal dari sabun dan tidak mampu menembus kain sekat penghalang dengan ketebalan tertentu. Dari sini, maka munculah anjuran untuk mematuhi protokol kesehatan yang kita kenal dengan gerakan 3 M yakni, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Dengan demikian firman Allah terbukti adanya, bahwa " Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (QS. al-Fiil [105]: 1-5).
Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini, setiap individu Muslim dituntut agar banyak berzikir, beristighfar, berusaha dan berdoa, memohon pertolongan Allah dengan sungguh-sungguh, tawadhu dan penuh harap.
Pesimistis, mengeluh, dan galau, apalagi sumpah serapah bukanlah jalan keluarnya, sebab hanya mereka yang lemah imannya yang sering kali mudah bersikap seperti itu. Pertolongan Allah itu bersifat aksioma, sebagai konsekuensi dari totalitas iman dan ketaatan seorang hamba kepada-Nya.
Wallahu a'lam bisshowab.
1 Komentar
Apik...
BalasHapus